Laporan "Research Fronts 2025" Resmi Dirilis: AI dan Biomedis Mendominasi Peta Riset Global, Peneliti Indonesia Wajib Tahu!
Laporan "Research Fronts 2025" Resmi Dirilis: AI dan Biomedis Mendominasi Peta Riset Global, Peneliti Indonesia Wajib Tahu!
JAKARTA – Lanskap riset dunia terus berubah dengan cepat. Apa yang menjadi tren riset global saat ini? Pertanyaan ini terjawab dalam laporan tahunan "Research Fronts 2025" yang baru saja diluncurkan secara global oleh Clarivate bersama Chinese Academy of Sciences (CAS).
Laporan ini menjadi kompas penting bagi komunitas ilmiah dunia, termasuk di Indonesia, untuk memetakan arah perkembangan ilmu pengetahuan. Tahun ini, laporan tersebut mengidentifikasi total 128 Research Fronts (Muka Riset), yang terdiri dari 110 Hot Fronts (topik paling aktif) dan 18 Emerging Fronts (topik yang baru muncul namun berkembang sangat pesat).
Jika pada tahun-tahun sebelumnya AI berdiri sebagai disiplin ilmu tersendiri, pada tahun 2025, tren menunjukkan pergeseran masif: AI kini menjadi tulang punggung di berbagai bidang keilmuan lain.
Berdasarkan analisis sitasi global, berikut adalah beberapa Emerging Research Fronts utama yang perlu menjadi perhatian para dosen dan peneliti:
Kedokteran Klinis (Clinical Medicine):
Penerapan Large Language Models (LLM) seperti ChatGPT dalam bidang medis dan kesehatan menjadi salah satu topik paling hangat. Riset kini berfokus pada akurasi diagnosis, manajemen pasien, dan analisis data medis menggunakan AI generatif.
Ilmu Biologi (Biological Sciences):
Terobosan dalam prediksi struktur biomolekuler berbasis AI (AI-driven structural prediction) menjadi primadona. Teknologi ini memungkinkan peneliti mendesain kompleks protein dan biomolekul dengan presisi yang sebelumnya mustahil dilakukan, membuka jalan bagi penemuan obat baru.
Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Psikologi:
Bukan hanya sains keras, bidang sosial pun terimbas gelombang AI. Topik riset yang sedang naik daun meliputi aplikasi praktis dan manajemen risiko penggunaan AI Generatif (Generative AI) dalam domain bisnis dan pendidikan.
Laporan ini disusun berdasarkan analisis bibliometrik dari data Essential Science Indicators (ESI) periode 2019–2024. Data menunjukkan bahwa Amerika Serikat masih memimpin aktivitas riset di 11 bidang utama sains dan sosial. Namun, Tiongkok terus mempersempit jarak di posisi kedua dengan pertumbuhan riset berkualitas tinggi yang signifikan.
Bagi civitas akademika di Indonesia, laporan "Research Fronts 2025" ini memberikan sinyal strategis. Untuk meningkatkan peluang lolos di jurnal bereputasi tinggi (Q1/Tier 1) atau mendapatkan hibah internasional, peneliti disarankan untuk mulai mengintegrasikan elemen-elemen teknologi mutakhir (seperti AI) ke dalam metodologi riset mereka, atau memfokuskan topik pada isu-isu global yang sedang menjadi sorotan tersebut.
Riset tidak lagi berjalan secara linear, melainkan multidisiplin dengan dukungan teknologi komputasi tingkat tinggi. Apakah peta jalan penelitian Anda sudah sejalan dengan Research Fronts 2025?